LPM FANATIK

Jumat, 11 November 2011

Info Terbaru

LOMBA FOTOGRAFI

Hadiah Utama
Juara I: Rp 1.000.000,-
Juara II: Rp 750.000,-
Juara III: Rp 500.000,-
Kriteria
- Teknik Dasar Fotografi
- Kreatifitas
- Kesesuaian dengan tema
- Caption dan Judul
Batas Pengumpulan
25 Desember 2011
Pengumpulan di sekretariat LPM Justissica
Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos. 1, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo.

link:
http://justissica.blogspot.com/

Senin, 14 Juni 2010

BEREBUT TANGGUNG JAWAB?

Beban ini milik siapa?

RUWETNYA DANA KEMAHASISWAAN

Bangkitlah Trifungsi Mahasiswa..!!

SALAM MAHASISWA..!!
Permasalah demi permasalahan telah melanda kampus kita. Namun yang tampak saat ini cenderung semakin simpang siur tanpa adanya dukungan dan pengawalan dari pihak Mahasiswa. Hal tersebut sangatlah lucu jika melihat mahasiswa saat ini seringkali cuek dengan kemelut yang tengah timbul di kampus mereka, lantas, bagaimana mereka di tengah-tengah masyarakat kemudian? Saat ini banyak sekali kasus yang butuh pengawalan dari kita sebagai mahasiswa. Contohnya saja masalah transparasi pengambilan dana kemahasiswaan.
Dana kemahasiswaan merupakan hal yang sangat urgent dalam pembentukan program kerja Mahasiswa. Namun rupanya saat ini ada sedikit kendala. Dalam satu periode ini, di tataran Fakultas FISIB, sepertinya dana masih belum bisa di cairkan. Lantas yang menjadi pertanyaan sekarang, bagaimana hal tersebut belum juga ada penyelesaian dan apakah harus menunggu satu periode? sementara yang terjadi telah dianalisir lebih dini bahwa kemelut tersebut dikarenakan adanya kesalah pahaman dalam penanganan kinerja antara pihak Fakultas, dan pihak Pusat.
Pihak BEM juga telah dikonfirmasi masalah ini. Slamet Riyadi –ketua BEM FISIB- hanya berkomentar bahwa permasalahan ini merupakan hal yang sebenarnya tidak perlu diperbesarkan namun juga sangat penting Mahasiswa ikut serta mengawal proses penyelesaian tersebut. Sementara itu berbicara mengenai penyelesaian, ia menambahkan bahwa pihak-pihak sudah dihubungi untuk mengusahakan koordinasi. Namun masih sebatas usaha yang notabenenya sebatas pertemuan tanpa mediasi lebih lanjut. Nah, disini seharusnya peran Tri Fungsi Mahasiswa dijalankan oleh setiap Mahasiswa untuk proses mengawal permasalahan itu. Diharapkan pengawalan tersebut akan mengantisipasi ke vakuman jangka panjang. Karena memang tupoksi dari Tri Fungsi Mahasiswa adalah social control, agent of change, dan man of analysis. Di tataran Kampus maupun ruang lingkup Nasional.

Mahasiswa merupakan bagian dari sistem Universitas…
Mari dukung pengawalan transparasi dana kemahasiswaan sebagai representasi dari fungsi pokok Mahasiswa sebagai aktor yang juga terlibat…!!
HIDUP MAHASISWA..!!!Red._Editorial_

Dana Kemahasiswaan Simpang Siur




Trunojoyo, Bangkalan- Tampaknya mahasiswa trunojoyo periode ini harus menunggu lama untuk menjalankan progam kerja mereka. Dikarenakan dana yang akan digunakan untuk program kerja mengalami kemacetan. Hal ini dipertegas oleh Slamet Riyadi-ketua BEM FISIB- saat diwawancarai wartawan DEADLINE ia menjelaskan soal dana 40 juta yang belum bisa di keluarkan dengan alasan masih adanya kesimpang siuran dari pihak BAAK dan BAUK. Slamet Riyadi menilai pihak tersebut saling menunggu dalam melaksanakan tupoksinya. Sedangkan dari pihak BAAK dan BAUK menilai bahwa pihak Dekanatlah yang harusnya bertanggung jawab dalam hal tersebut.

Menurut Bu Lilik -sekretaris BAAK-, pihaknya telah memberi dana dan melakukan prosedur dari kantor pusat kepada pihak Dekanat. Kalaupun ada isu mengenai macetnya pengambilan dana, adalah bukan urusan mereka, melainkan pihak fakultas. BAAK mengungkapkan kepada wartawan DEADLINE setelah di temui di kantornya pada tanggal 31 mei 2010, mengenai masalah tersebut adalah dikarenakan data yang masuk tidak disertai program kerja, melainkan hanya nominal dan nama Pembina saja. Padahal pihak Universitas sudah mengirimkan surat kepada pihak fakultas agar disertai program kerja dan perincian dana supaya jelas.
“Pihak dari universitas juga tengah menanggapi permasalahan tersebut dengan cara duduk bersama dengan PD 3. biar semua jelas dan PD 3 secepatnya mensosialisasikannya kepada BEM”. Ujar Bu lilik.

Sementara dari pihak Fakultas memang mengakui adanya kesimpang-siuran antara laporan di Fakultas dengan pihak pusat. Pak H. Priyono Febrianto. S.Sos –PD3 dan Dosen Sosiologi- dan pak Suprianto S.E –kepala T.U- mengakui permasalahan transparansi dana ini diawali dua bulan yang lalu, april 2010. Pihak BAAK yang seharusnya melayani Fakultas tentang pengajuan laporan kegiatan, justru berwenang membuat kegiatan. Padahal menurut beliau, kepala BAAK tidak berwenang mempunyai kegiatan, hanya membantu fakultas dalam pengajuan dana. Sementara itu PD3 menunggu SK keluar yang sesuai dan tidak mendadak.
Beliau menambahkan, selama dua bulan ini masih menunggu BAAK membuat SK ke KPPN untuk pencairan dana. Sementara dana fakultas diblokir karena LPJ tidak di jalankan.
“Upaya yang dilakukan pihak Fakultas dalam permasalahan ini adalah dengan mengajak BEM ke BAAK.” Ujar pak Pri -PD3-. Berdasarkan kesepakatan akun yang berbeda FISIB butuh SPTB untuk memudahkan permasalahan ini. dan harus sesuai rapat bidang dua dan tiga, Kepala BAAK, PD2 dan PD3 kabiro, PR2 dan PR3. pembuatan SK tanggal 10 april 2010 sudah jelas, bahwa pusat hanya memberi penegasan transparasi, BAAK & PSI dijadikan satu di BAAKAPSI. Sedangkan dana masih kena pajak denda di KPPN. Jadi, permasalahan ini semata-mata dipersulit oleh pusat. Tanggapan rektorat sendiri yaitu menunggu usaha dari BAAK ke KPPN seperti apa, ujar Pak Suprianto S.E saat di wawancarai tanggal 01, juni, 2010 di kantor FISIB.red_Fokus_

ARBIMAPALA (Arek Biasa Macak Pecinta Alam)


Perkembangan kampus baru ini seperti rudal schuwt yang menerjang apapun yang ada di hadapannya. Halangan letak geografis, culture masyarakat sekitar serta minimnya dana tak menjadi hambatan bagi mahasiswanya. Terbukti meski jam malam sudah diberlakukan, semangat untuk melakukan kegiatan yang berorientasi pengembangan skill serta akademis silih berganti meramaikan kesunyian pulau sepi ini.
Ada anggapan bahwa siapapun yang akhirnya meneruskan jenjang kuliah disini adalah hukuman karma. Tapi itu semua nampaknya akan terkikis oleh sepak terjang beberapa teman kita. Sebut saja mereka “ARBIMAPALA”, kepanjangan dari Arek Biasa Macak Pecinta Alam, yang didirikan pada 12 Mei 2009. Komunitas yang beranggotakan beberapa mahasiswa unijoyo ini mencoba sesuatu kegiatan yang lain dari biasanya.
Dengan mengandalkan kenekatan yang terstruktur untuk kemajuan. mereka melakukan kegiatan “mbamboeng”. Jangan berfikir mbamboeng sesuatu yang tidak berguna. Mereka mengemasnya dengan unik. Mbamboeng yang biasanya hanya berkeliaran tanpa tujuan, mereka bumbuhi dengan pendakian serta kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi pengembangan soft skill serta kepribadian. Seperti proses kesusastraan, bedah buku dan seni. Membahas teori-teori yang di dapatkan di bangku kuliah di sepanjang perjalanan menjadi menu wajib bagi komunitas unik ini.
Opini, konsep sosial, novel, cerpen, bahkan puisi-puisi selalu tercipta dalam setiap perjalanan. Berbicara soal kualitas, sudah tidak diragukan lagi. Hal ini dibuktikan dengan tembusnya beberapa opini dan cerpen di beberapa surat kabar, tabloit, serta bulletin- bulletin lokal maupun nasional. “ Dalam waktu dekat ini kita akan meluncurkan buku antologi puisi, tinggal tunggu moment yang tepat”, ungkap Citra Dara Vresti. Salah satu anggota tertua yang saat ini masih duduk di Semester 6 Jurusan Komunikasi Politik Unijoyo.
Dari wawancara kami, ada hal yang mencengangkan.“ Meski kita main terus, tapi IP harus tetep tinggi. Terbukti semua anggota tidak ada yang ber IP di bawah 3,00.”, ungkap salah satu anggota. Suatu tamparan telak bagi kita. Mengingat banyak dari mahasiswa unijoyo sendiri yang meskipun tidak memiliki kegiatan, alaias kuliah-pulang-kuliah yang tidak mampu berbuat apa-apa di tataran akademis maupun non akademis. Dpy_Tokoh Kita_

GEBYAR DIES NATALIS FISIB 2010

Tinggal satu minggu lagi acara Gebyar Seni dan Budaya akan digelar oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya dalam rangka Dies Natalis FISIB ke-2, tepatnya hari Senin tanggal 14 Juni 2010.

Banner satu-satunya yang mengingatkan kita akan adanya acara tersebut telah terpasang lima hari yang lalu di depan kampus Universitas Trunojoyo. Ketua Pelaksana bagian Mahasiswa, Saiful, menjelaskan bahwa acara ini adalah ini kerja bareng antara Dekanat dengan seluruh badan kelengkapan mahasiswa FISIB, mulai dari BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), UKM-FISIB (Unit Kegiatan Mahasiswa FISIB), dan HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) yang di ketuai oleh PD II Sulaiman S.Pd.
“Ini bukan miliknya mahasiswa saja, jadi ini kerja bareng antara tiap-tiap Badan Kelengkapan Fakultas dan pihak Dekanat sendiri” ujarnya di sela-sela rapat kordinasi dengan sie Acara, Rabu, 2 Juni 2010.
Rencananya, acara ini akan di mulai dengan mengadakan serangkaian kegiatan perlombaan, yaitu lomba bola voly, lomba menulis artikel ilmiah, lomba membaca dan menulis berita, lomba fotografi, dan lomba story telling. Masing-masing perlombaan di serahkan kepada ketua-ketua badan kelengkapan yang sesuai dengan bidang perlombaan tersebut. Disamping itu juga ada seminar psikologi dan tes bakat minat, serta acara puncak pada 14 Juni 2010 yang dikonsep sebagai Gebyar Seni dan Budaya yang menampilkan berbagai kebolehan yang dimiliki oleh mahasiswa FISIB, antara lain monolog, pementasan drama, musikalisasi puisi, dan tari.
Pada hari puncak itu juga akan di hadiri oleh antropolog Madura, Kang Toyyib yang akan berorasi tentang kebudayaan Madura dalam Orasi Kebudayaan. Hari puncak ini akan dilaksanakan di GSC (Gedung Student Center) dengan alasan yang sederhana “Untuk menarik penonton yang kadang enggan ke auditorium yang kelihatan sedikit pop” kata Devy, seorang aktifis jurnalis di bulletin Deadline FISIB.Qrb_Serba-serbi kampus_

DIKLAT UNTUK DEKANAT FISIB

Oleh: Fathul Qorib

Entah mengapa saya menjadi sangat emosional ketika menulis ini. Apalagi di tambahi dengan informasi yang sangat tidak sedap, tidak mengenakkan dari kepanitiaan mahasiswa Dies Natalis FISIB 2010. Perlu saya informasikan bahwa acara Dies Natalis FISIB adalah acaranya Fakultas yang notabenenya dipimpin oleh seorang Dekan. Saya kira pembaca sudah tahu kalau Dekan kita yang terhormat telah bergelar Doktor, dan Pembantu-pembantu Dekan kita semua sudah S-2. Ada kejanggalan yang sangat mendasar mengenai pelaksanaan Dies Natalis FISIB ini, siapakah penaggung jawabnya? Siapakah pelaksananya? Dan siapakah yang harus bingung dengan acara ini? Tentu saja Dekanat, karena ini adalah acaranya Fakultas yang dipimpin seorang yang telah saya sebut tadi. Namun sangat disayangkan karena akhirnya lagi-lagi mahasiswa yang di buat bingung. Bagaimana tidak, masing-masing perwakilan badan kelengkapan yang telah mengadakan kordinasi acara ini kemudian menemui jalan buntu karena dana enggan juga turun. Bahkan bisa di bayangkan jika perlombaan yang telah dipersiapkan satu bulan sebelumnya, dalam juklak (Petunjuk Pelaksanaan) perlombaan tidak disertakan hadiahnya, padahal juklak perlombaan itu sudah tersebar ke Jawa Timur. Apa kata dunia? Siapa yang mau mengikuti perlombaan kalau tidak ada hadiah? Aneh sekali acara kita ini.
Kenyataan lain yang mengenaskan adalah adanya komplain dari Pembina salah satu SMA di Kamal yang telah menerima brosur perlombaan dan kemudian mendaftar namun lomba itu di batalkan. “Mahasiswa semester 6 kok buat acara gini gak becus” begitu katanya. Aduh, bayangkan ucapan itu di lontarkan ketelinga anda. Merah kan? Kalau anda tidak mau, maka kita lemparkan saja ke Panitia Inti acara ini, Dekanat, menjadi seperti ini “Dekan sudah lulus S-2/S-3 kok buat acara gini saja gak becus” coba imajinasikan, pasti sangat menentramkan kata-kata Pembina SMA tadi.
Sudah tiga kali diadakan rapat kordinasi namun yang datang dari pihak Dekanat tidak pernah lengkap. Mesti Ketua Pelaksana tidak pernah datang. Ini kan menjadi sangat membingungkan. Panitia dari pihak mahasiswa sudah sangat bersemangat ketika pertama diberitahukan bahwa masing-masing badan kelengkapan di beri kesempatan untuk berpartisipasi dalam dies natalis ini, namun akhirnya semua di buat kecewa karena mereka merasa diperalat oleh Dekanat untuk dijadikan kambing hitam jika acara ini tidak sukses. Lebih aneh lagi, masing-masing Pembantu Dekan dan Dekan pun tidak pernah berkordinasi karena statement mereka berbeda-beda dalam menyikapi permasalahan yang ada pada acara ini. Yang membuat mahasiswa shock adalah ketika ketua pelaksana mengatakan “Kalau begitu cabut saja bannernya” saat dimintai jalan keluar oleh mahasiswa karena ternyata Dies Natalis ini dinilai belum siap. Waduh, ternyata yang pertama putus asa adalah Ketua Pelaksana, pihak Dekanat. Sangat disayangkan. Pernyataan itu adalah isyarat bahwa ketua pelaksana tidak mau bertanggung jawab kalau acara ini gagal, dan minta acara Dies Natalis di batalkan. Mengagumkan.
Dan apakah anda tahu kalau sebenarnya tidak ada konsep yang matang dari Dies Natalis ini? Tujuan utama dari adanya Dies Natalis adalah untuk promosi, tujuan yang bagus seharusnya, namun dalam pelaksanaannya ternyata malah salah kaprah. Orasi budaya yang seharusnya diisi oleh orang yang benar-benar berkompeten dalam menoyoroti masalah kebudayaan, ternyata malah dialihkan kepada pimred Radar Madura yang saya kira hanya bisa mengkritisi tulisan-tulisan, tentu saja dia murni jurnalis. Benar dia pernah sekolah antropologi, tapi keseriusannya dalam masalah kebudayaan sendiri masih dipertanyakan. Pihak Dekanat sebagai penentu hanya berharap bahwa acara ini akn di liput oleh radar Madura, begitu saja. Mengapa tidak menganggarkan Rp 1.000.000 dan kita tidak perlu bingung membuat acara apapun tapi nama FISIB sudah terpampang di Headline Jawa Pos?.
Jadi bisa disimpulkan bahwa kita belum siap mengadakan Dies Natalis ini, juga belum siap untuk FISIB berdiri sendiri. Mungkin lebih baik kita medompleng lagi ke FH, siapa yang mau?
Atau usulan yang paling logis adalah, kita adakan Diklat Organisasi selama tiga hari yang pesertanya adalah jajaran dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya. Selama tiga hari itu pula, biarkan Gubernur BEM sebagai Dekan, Ketua HMJ Sastra Inggris Pembantu Dekan I, Ketua HMJ Komunikasi sebagai Pembantu Dekan II, Ketua HMJ Psikologi sebagai Pembantu Dekan II, dan Ketua HMJ Sosiologi sebagai Ka TU. _Opini_

DIKLAT UNTUK DEKANAT FISIB

Oleh: Fathul Qorib

Entah mengapa saya menjadi sangat emosional ketika menulis ini. Apalagi di tambahi dengan informasi yang sangat tidak sedap, tidak mengenakkan dari kepanitiaan mahasiswa Dies Natalis FISIB 2010. Perlu saya informasikan bahwa acara Dies Natalis FISIB adalah acaranya Fakultas yang notabenenya dipimpin oleh seorang Dekan. Saya kira pembaca sudah tahu kalau Dekan kita yang terhormat telah bergelar Doktor, dan Pembantu-pembantu Dekan kita semua sudah S-2. Ada kejanggalan yang sangat mendasar mengenai pelaksanaan Dies Natalis FISIB ini, siapakah penaggung jawabnya? Siapakah pelaksananya? Dan siapakah yang harus bingung dengan acara ini? Tentu saja Dekanat, karena ini adalah acaranya Fakultas yang dipimpin seorang yang telah saya sebut tadi. Namun sangat disayangkan karena akhirnya lagi-lagi mahasiswa yang di buat bingung. Bagaimana tidak, masing-masing perwakilan badan kelengkapan yang telah mengadakan kordinasi acara ini kemudian menemui jalan buntu karena dana enggan juga turun. Bahkan bisa di bayangkan jika perlombaan yang telah dipersiapkan satu bulan sebelumnya, dalam juklak (Petunjuk Pelaksanaan) perlombaan tidak disertakan hadiahnya, padahal juklak perlombaan itu sudah tersebar ke Jawa Timur. Apa kata dunia? Siapa yang mau mengikuti perlombaan kalau tidak ada hadiah? Aneh sekali acara kita ini.
Kenyataan lain yang mengenaskan adalah adanya komplain dari Pembina salah satu SMA di Kamal yang telah menerima brosur perlombaan dan kemudian mendaftar namun lomba itu di batalkan. “Mahasiswa semester 6 kok buat acara gini gak becus” begitu katanya. Aduh, bayangkan ucapan itu di lontarkan ketelinga anda. Merah kan? Kalau anda tidak mau, maka kita lemparkan saja ke Panitia Inti acara ini, Dekanat, menjadi seperti ini “Dekan sudah lulus S-2/S-3 kok buat acara gini saja gak becus” coba imajinasikan, pasti sangat menentramkan kata-kata Pembina SMA tadi.
Sudah tiga kali diadakan rapat kordinasi namun yang datang dari pihak Dekanat tidak pernah lengkap. Mesti Ketua Pelaksana tidak pernah datang. Ini kan menjadi sangat membingungkan. Panitia dari pihak mahasiswa sudah sangat bersemangat ketika pertama diberitahukan bahwa masing-masing badan kelengkapan di beri kesempatan untuk berpartisipasi dalam dies natalis ini, namun akhirnya semua di buat kecewa karena mereka merasa diperalat oleh Dekanat untuk dijadikan kambing hitam jika acara ini tidak sukses. Lebih aneh lagi, masing-masing Pembantu Dekan dan Dekan pun tidak pernah berkordinasi karena statement mereka berbeda-beda dalam menyikapi permasalahan yang ada pada acara ini. Yang membuat mahasiswa shock adalah ketika ketua pelaksana mengatakan “Kalau begitu cabut saja bannernya” saat dimintai jalan keluar oleh mahasiswa karena ternyata Dies Natalis ini dinilai belum siap. Waduh, ternyata yang pertama putus asa adalah Ketua Pelaksana, pihak Dekanat. Sangat disayangkan. Pernyataan itu adalah isyarat bahwa ketua pelaksana tidak mau bertanggung jawab kalau acara ini gagal, dan minta acara Dies Natalis di batalkan. Mengagumkan.
Dan apakah anda tahu kalau sebenarnya tidak ada konsep yang matang dari Dies Natalis ini? Tujuan utama dari adanya Dies Natalis adalah untuk promosi, tujuan yang bagus seharusnya, namun dalam pelaksanaannya ternyata malah salah kaprah. Orasi budaya yang seharusnya diisi oleh orang yang benar-benar berkompeten dalam menoyoroti masalah kebudayaan, ternyata malah dialihkan kepada pimred Radar Madura yang saya kira hanya bisa mengkritisi tulisan-tulisan, tentu saja dia murni jurnalis. Benar dia pernah sekolah antropologi, tapi keseriusannya dalam masalah kebudayaan sendiri masih dipertanyakan. Pihak Dekanat sebagai penentu hanya berharap bahwa acara ini akn di liput oleh radar Madura, begitu saja. Mengapa tidak menganggarkan Rp 1.000.000 dan kita tidak perlu bingung membuat acara apapun tapi nama FISIB sudah terpampang di Headline Jawa Pos?.
Jadi bisa disimpulkan bahwa kita belum siap mengadakan Dies Natalis ini, juga belum siap untuk FISIB berdiri sendiri. Mungkin lebih baik kita medompleng lagi ke FH, siapa yang mau?
Atau usulan yang paling logis adalah, kita adakan Diklat Organisasi selama tiga hari yang pesertanya adalah jajaran dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya. Selama tiga hari itu pula, biarkan Gubernur BEM sebagai Dekan, Ketua HMJ Sastra Inggris Pembantu Dekan I, Ketua HMJ Komunikasi sebagai Pembantu Dekan II, Ketua HMJ Psikologi sebagai Pembantu Dekan II, dan Ketua HMJ Sosiologi sebagai Ka TU.